Palembang, RUMPUNS – Pilkada Sumatera Selatan (Sumsel) semakin memanas. Setelah pasangan Heri Amalindo-Popo Ali (Hapal) memutuskan mundur, kini tinggal dua pasangan calon (paslon) yang akan bertarung memperebutkan kursi gubernur dan wakil gubernur. Pasangan Mawardi Yahya-RA Anita Noeringhati (Matahati) dan Herman Deru-Cik Ujang (HDCU) siap beradu visi dan misi demi masa depan Sumsel.
HDCU: Kami Terbuka untuk Semua
Mundurnya Hapal membuka babak baru dalam dinamika Pilkada Sumsel. Tim HDCU, yang diwakili oleh juru bicaranya Fikri Haikal, langsung merespons dengan menyatakan keterbukaan mereka untuk berkoalisi dengan tim Hapal.
“Harapan kami, mundurnya Hapal bukan berarti mereka berhenti berkontribusi untuk Sumsel. Pintu HDCU selalu terbuka bagi siapa pun yang punya semangat dan cita-cita luhur untuk memajukan Sumsel,” ujar Fikri pada Jumat (16/8/2024).
Fikri menekankan bahwa HDCU dan Hapal memiliki banyak kesamaan visi dan misi dalam membangun Sumsel. Salah satu contohnya adalah program berobat gratis yang digagas Heri Amalindo. Program serupa, Berobat Pakai KTP (Berkat), telah sukses dijalankan di masa kepemimpinan Gubernur Herman Deru dan bahkan meraih penghargaan Universal Health Coverage (UHC) dari Wakil Presiden.
Politik Santun dan Gotong Royong
Fikri menegaskan bahwa HDCU tidak pernah membatasi diri dan selalu terbuka untuk bekerja sama dengan siapa pun demi mewujudkan kemajuan Sumsel. Ia juga berharap Pilkada nanti berjalan dengan damai dan tanpa saling menjatuhkan.
“Kita ingin Pilkada ini berjalan dengan riang gembira, tanpa caci maki kepada siapa pun,” tambahnya.
Fikri juga memberikan apresiasi kepada pasangan Hapal. Menurutnya, Heri Amalindo dan Popo Ali bukanlah politisi kemarin sore. Keduanya adalah politisi senior yang telah berpengalaman memimpin daerah masing-masing selama dua periode.
“Dengan pengalaman mereka, mustahil pasangan ini mengambil keputusan gegabah. Pasti ada perhitungan dan alasan matang di balik keputusan mereka, dan itu harus kita hargai,” pungkas Fikri.
Akankah Koalisi Terbentuk?
Dengan mundurnya Hapal, peta politik Pilkada Sumsel berubah drastis. HDCU dan Matahati kini menjadi dua kekuatan utama yang akan bertarung. Namun, ajakan HDCU untuk berkoalisi dengan tim Hapal membuka kemungkinan terbentuknya poros baru.
Jika koalisi ini terwujud, tentu akan menambah kekuatan HDCU dalam menghadapi Matahati. Namun, semuanya masih tergantung pada keputusan tim Hapal. Apakah mereka akan menerima ajakan HDCU atau memilih jalur lain?
Matahati: Tantangan dan Peluang
Bagi Matahati, mundurnya Hapal bisa menjadi tantangan sekaligus peluang. Tantangannya adalah mereka harus bekerja lebih keras untuk meraih suara dari pendukung Hapal. Namun, peluangnya adalah mereka bisa memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat basis dukungan mereka.
Pilkada Sumsel: Ajang Adu Gagasan
Apa pun yang terjadi, Pilkada Sumsel harus tetap menjadi ajang adu gagasan dan program untuk memajukan daerah. Masyarakat Sumsel berhak mendapatkan pemimpin yang terbaik, yang mampu membawa Sumsel menuju masa depan yang lebih baik.
Mundurnya Hapal dari Pilkada Sumsel membuka babak baru dalam dinamika politik daerah ini. HDCU telah menyatakan keterbukaan mereka untuk berkoalisi dengan tim Hapal. Sementara itu, Matahati harus bekerja lebih keras untuk meraih suara dari pendukung Hapal. Apa pun yang terjadi, Pilkada Sumsel harus tetap menjadi ajang adu gagasan dan program untuk memajukan daerah. Masyarakat Sumsel berhak mendapatkan pemimpin yang terbaik. ***